HUMANIORA
HUMANIORA
humaniora adalah suatu bahan pendidikan yang mencerminkan keutuhan manusia dan membantu agar
manusia menjadi lebih manusiawi, yaitu membantu manusia untuk mengaktualkan potensi-potensi yang ada,
sehingga akhirnya terbentuk manusia yang utuh, yang memiliki kematangan emosional,
kematangan moral dan kematangan spiritual.
A. Pengertian Humaniora
Menurut bahasa latin, humaniora disebut artes liberales yaitu studi tentang kemanusiaan. Sedangkan menurut pendidikan Yunani Kuno, humaniora disebut dengan trivium, yaitu logika, retorika dan gramatika. Pada hakikatnya humaniora adalah ilmu-ilmu yang bersentuhan dengan nilai-nilai kemanusiaan yang mencakup etika, logika, estetika, pendidikan pancasila, pendidikan kewarganegaraan, agama dan fenomenologi.
KARAKTERISTIK ILMU HUMANIORA
Humaniora merupakan studi yang memusatkan perhatiannya pada kehidupan manusia, menekankan unsur kreativitas, kebaharuan, orisinalitas, keunikan, Humaniora berusaha mencari makna dan nilai, sehingga bersifat normatif.
Seorang yang kritis adalah seorang yang antara lain mampu membedakan macam-macam pengertian dan konsep, sanggup menilai kesimpulan-kesimpulan tanpa terbawa perasaan.
Ignas Kleden (1987: 72) menyitir pendapat J. Habermas menunjukka lima ciri ilmu humaniora yang diletakkan dalam kategori hitoris-hermeneutis sebagai berikut.
Jalan untuk mendekati kenyataan melalui pemahaman arti.
Ujian terhadap salah benarnya pemahaman tersebut dilakukan melalui interpretasi. Interpretasi yang benar akan meningkatkan intersubjektivitas, sedang interpretasi yang salah akan mendatangkan sanksi (misal: senyum basabasi yang diinterpretasikan jatuh cinta).
Pemahaman hermeneutis selalu merupakan pemahaman berdasarkan prapengertian. Pemahaman situasi orang (Rizal Mustansyir, Refleksi Filosofis atas Ilmu Ilmu Humaniora 213) lain halnya mungkin tercapai melalui pemahaman atas situasi diri sendiri terlebih dahulu. Pemahaman terjadi apabila tercipta komunikasi antara kedua situasi tersebut.
Komunikasi tersebut akan menjadi intensif apabila situasi yang hendak dipahami oleh pihak yang memahaminya diaplikasikan kepada dirinya sendiri.
Kepentingan yang ada disini adalah kepentingan untuk mempertahankan dan memperluas intersubjektivitas dalam komunikasi yang dijamin dan diawasi oleh pengakuan umum tentang kewajiban yang harus ditaati. Kesimpulannya ilmu humaniora akan menghasilkan interpretasi-interpretasi yang menungkinkan adanya suatu orientasi bagi tindakan manusia dalam kehidupan bersama.
B. BAHASA, PERISTILAHAN
Humaniora, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( KBBI ) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan ( Balai Pustaka: 1988 ), adalah ilmu - ilmu pengetahuan yang dianggap bertujuan membuat manusia lebih manusiawi, dalam arti membuat manusia lebih berbudaya. Kategori yang tergolong dalam ilmu ini antara lain
Secara bahasa, kita mengenal istilah humaniora ( Latin ), humanities ( Inggris ), humanisme, humanitarian, humanitarianisme, humanis, yang semuanya berasal dari kata human, yang berarti mankind, manusia, makhluk dengan derajat tertinggi. Humaniora maupun humanitas, kedua - duanya dipergunakan dalam bahasa Latin / Yunani, misalnya dalam Literae Humanitates, atau Literae Humaniores. Oleh karena literatur Yunani / Latin adalah sumber utama dari pengetahuan, kebijaksanaan dan ekspresi, maka humanitas ( Latin ) berarti bahasa dan literatur ( termasuk filsafat, sejarah, ilmu pidato, dan sastra ), Yunani dan Romawi kuno.
Sebagai gerakan, humaniora bangkit berbarengan dengan renaisans, sesudah ditemukannya kembali pustaka dan peradaban Yunani / Romawi kuno, yang membangkitkan minat kepada manusia, budaya, dan karyanya.
Bahasa Indonesia, yang menerjemahkan kata- kata Inggris dengan suku kata akhir ty, misalnya university, faculty, dan lain-lain, dengan …tas, yang menjadi universitas dan fakultas, cenderung lebih menggunakan kata humaniora daripada humanitas. Hal ini menunjukkan bahwa humaniora bukan terjemahan dari humanity ( Inggris ), tetapi dari bahasa Latin humaniores. Selanjutnya dalam tulisan ini dipakai kata humaniora dan bukan humanitas. Sedang kata humanitas ( kb ) diartikan sebagai kodrat manusia atau perikemanusiaan ( Fajri dan Senja ). Perlu dicatat juga terdapat penggunaan kata humaniora sebagai padanan dari humanisme, misalnya oleh Riyadi DS, ( 2005 ).
Humaniora dapat berarti :
Studi tentang bahasa - bahasa dan sastra klasik Yunani dan Romawi
Cabang pengetahuan yang mempelajari manusia dan budayanya, seperti filsafat, sastra, dan seni; tidak termasuk di dalamnya ilmu ( science ) seperti biologi dan ilmu politik. Agama / kepercayaan kepada Tuhan, juga kemudian, sejak William Caxton ( 1422-1491 ) tidak dimasukkan dalam kajian humaniora ( Morris, 1981; Encycl Brit 1973 )
Dalam arti yang paling umum, humaniora adalah kualitas, perasaan dan kecenderungan, bukan saja deskriptif tetapi juga normatif. Dalam kaitan ini humaniora mempunyai konotasi perasaan dan perilaku manusia sebagai gentleman, orang yang berbudi luhur dan sifat-sifat luhur yang melekat dengannya. Humaniora juga mempunyai konotasi budaya intelektual. Humaniora dimaksudkan juga studi, pelatihan, proses yang menghasilkan kualifikasi tersebut. Istilah inhumanitas diartikan sebagai not civilized, tidak berbudaya, atau bar-bar.
Kata - kata yang berdekatan dengan humaniora, bahkan sering disama artikan, adalah sebagai berikut :
Humanitarian ( kata sifat )
Memfokuskan pada kebutuhan manusia dan menghilangkan/mengangkat penderitaan manusia
Berkaitan dengan pengabdian pada usaha-usaha kesejahteraan manusia dan dorongan untuk perubahan masyarakat ( social reform ) = phylantopist, filantropis
Humanitarianisme
Pandangan, dasar - dasar, metoda dari humanitarian = filantropi
Keyakinan, bahwa satu - satunya kewajiban moral manusia adalah bekerja untuk kesejahteraan kemanusiaan yang lebih baik ( berdekatan dengan pengertian etik )
Keyakinan bahwa kondisi manusia dapat mencapai kesempurnaan dengan upayanya sendiri, tanpa Tuhan.
Humanisme
Keadaan atau kondisi atau kualitas sebagai manusia, makhluk berderajat tinggi
Filsafat atau sikap yang menaruh perhatian terhadap manusia, perhatian dan pencapaiannya
Studi humaniora; ajaran tentang kesopanan dan budaya
Gerakan / budaya dan intelektual yang terjadi pada masa renaisans
Humanis
Orang yang mengkaji humaniora, terutama mahasiswa tentang masalah - masalah klasik
Orang yang menaruh perhatian kepada kajian tentang upaya dan kemampuan / pencapaian manusia
Pengkaji / mahasiswa tentang renaisans, atau pengikut dari paham humanisme
Humanistik ( ks )
Berhubungan dengan humanisme atau humaniora
Dari uraian diatas, istilah Indonesia yang merupakan serapan dari bahasa Arab, yang dapat mewadahi humaniora ialah adab. Dalam ilmu al adab terkandung ilmu sastra, sejarah sastra, ilmu kritik sastra, filologi. Adab juga berarti budaya yang baik. Tidak beradab berarti tidak berbudaya, tidak berperilaku baik, sebagaimana Cicero ( filsuf Yunani ) mengartikan inhumanitas dengan barbar.
Adab dapat berarti antara lain discipline of mind and manners, and of conduct or behaviour (Huges, 2004). Karya al Makdisi ( 2005 ), dapat lebih memastikan bahwa ilmu adab adalah Humaniora.
C. SEJARAH HUMANIORA
Di dunia Barat, studi humaniora dapat dilacak hingga ke Yunani Kuno, sebagai basis pendidikan yang besar bagi masyarakat. Selama masa Romawi, konsep tujuh seni liberal bertingkat, termasuk grammar, retorika dan logika ( trivium ), bersama dengan aritmatika, geometri, astronomi dan musik ( quadrivium ). Subjek - subjek ini membentuk curahan pendidikan pertengahan, dengan penekanan pada humaniora sebagai keterampilan atau “cara melakukan sesuatu”.
Sebuah pergeseran utama selama masa Renaissance, ketika humaniora mulai dihargai sebagai subyek untuk lebih dipelajari daripada dipraktekkan, dengan penyesuaian bergeser dari bidang tradisional kepada area seperti literatur dan sejarah. Pada abad ke 20, pandangan ini ditantang oleh pergerakan paska-modernisasi, yang dicari untuk menggambarkan kembali humaniora dalam istilah yang lebih menganut persamaan untuk masyarakat demokratis.
D. BIDANG - BIDANG HUMANIORA
Sebagai sebuah bidang studi, humaniora menekankan pada analisa dan pertukaran ide - ide dibandingkan ekspresi kreatif seni atau penjelasan kuantitatif ilmu pengetahuan.
Sejarah, Antropologi, dan Arkeologi mempelajari perkembangan sosial, politik dan budaya manusia.
Literatur, Bahasa dan Linguistik mempelajari bagaimana kita berkomunikasi satu sama lain, dan bagaimana ide dan pengalaman kita akan pengalaman kemanusiaan diekspresikan dan diinterpretasikan.
Filosofi, Etika, dan Perbandingan Agama mempertimbangkan ide tentang makna hidup dan alasan bagi pemikiran dan tindakan kita.
Yurisprudensi menguji nilai - nilai dan prinsip - prinsip yang menginformasikan hukum kita.
Pendekatan Historis, Kritis, dan Teoritis terhadap Seni merefleksikan dan menganalisa proses kreatif.
E. Pembagian bidang humaniora
Sastra Klasik
Sejarah
Bahasa
Hukum
Literatur
Seni Drama
Musik
Teater
Dansa
Filosofi
Agama
Seni visual
§ Melukis
F. HUMANIORA DAN ETIKA
Bila humaniora memusatkan perhatian kepada manusia, etika sebagai ilmu merupakan bagian dari filsafat yang mempelajari nilai baik - buruk, benar-salah, pantas - tidak pantas dalam kehidupan manusia dalam berinteraksi dengan manusia dan lingkungannya ( Hariadi, 2005 ). Tampak ada bidang tumpang tindih antara humaniora dan etika. Humanisme atau humanitarianisme dapat berarti juga etika, yakni faham, ajaran, bahwa satu - satunya kewajiban moral manusia adalah bekerja untuk kebaikan, perbaikan dan kesejahteraan manusia ( Moris ( ed ), 1981 ).
G. HUMANIORA DAN AGAMA
Semula humaniora mencakup didalamnya juga agama / kepercayaan, tetapi kemudian, sejak William Caxton ( 1422-1491 ) ( Encycl Britt, 1973 ) agama dipisahkan dari humaniora mempercayai adanya kekuatan supranatural merupakan naluri manusia. Nilai - nilai agama diturunkan kepada manusia melalui wahyu, yang dibawakan oleh utusanNya. Nilai - nilai religius seharusnya merupakan nilai-nilai yang paling dasar dari segala tata nilai dan karena itu ada titik temu dengan nilia - nilai budaya yang dikembangkan manusia ( Muljohardjono,2004 ).
Penguasaan ilmu dan pengembangan teknologi adalah upaya pemenuhan kebutuhan manusia. Untuk menjaga tercapainya tujuan tersebut, perlu hal tersebut dijaga, dikoridori oleh nilai-nilai budaya, dan nilai - nilai agama. Para agamawan / ruhaniawan tidak seharusnya terpaku pada kaidah - kaidah klasik dan baku, dalam mengantar, mengawal, perkembangan ilmu dan teknologi agar benar - benar bermanfaat bagi manusia. Agama ( Islam ) membuka pintu kajian - kajian terhadap rancangan, hasil, dan pemanfaatan dari pengembangan iptek. Pintu tersebut adalah ijtihad. Dengan persyaratan - persyaratan tertentu agamawan / ruhaniawan dapat mengkaji masalah-masalah kemajuan iptek, dan menghasilkan fatwa - fatwa kontemporer yang menjadi dasar yang dapat dipertanggungjawabkan bagi pemanfaatan hasil pengembangan serta rancangan pengembangan selanjutnya.
H. HUMANIORA DAN PENGEMBANGAN ILMU DAN TEKNOLOGI
Penguasaan dan pengembangan ilmu dan teknologi adalah amanat kemanusiaan, oleh karena itu harus memberi manfaat bagi kesejahteraan manusia. Humaniora membawa nilai-nilai budaya manusia. Nilai-nilai tersebut adalah universal. Tanpa humaniora pengembangan ilmu dan teknologi tidak lagi bermanfaat bagi manusia. Pengembangan / perkembangan yang banyak disusupi nilai - nilai bisnis menimbulkan hedonisme yang bermula di masyarakat bisnis, yang berlanjut pada umunya.
I. HUMANIORA DAN ILMU KEDOKTERAN
Lebih khusus dalam kaitan dengan pengembangan ilmu dan teknologi, ialah Iptek Kedokteran. Kedokteran adalah ilmu yang paling manusiawi, seni yang paling indah, dan humaniora yang paling ilmiah ( Pellegrino, 1970 ).
Clauser ( 1990 ) berpendapat bahwa mempelajari humaniora – sastra, filsafat, sejarah – dapat meningkatkan kualitas pikir ( qualities of mind ) yang diperlukan dalam ilmu kedokteran. Kualitas pikir tidak lagi terfokus pada hal - hal hafalan, materi baku, konsep mati, tetapi ditingkatkan dalam hal kemampuan kritik, perspektif yang lentur, tidak terpaku pada dogma, dan penggalian nilai-nilai yang berlaku didalam ilmu kedokteran. Menurunnya studi kedokteran cenderung memfokuskan mindset pada ujian, diskusi yang monoton tentang pasien, hasil laboratorium, insiden, banyak pasien, dan lain - lain. Humaniora membebaskan kita dari terkunci dalam satu mindset. Kita perlu kelenturan dalam mengubah perspektif, dan mengubah interpretasi bila diperlukan. Dengan sastra, seseorang ( mahasiswa kedokteran ) dapat mengembangkan empati dan toleransi, mencoba menempatkan diri dalam gaya hidup, imaginasi, keyakinan yang berbeda.
Ilmu kedokteran, selain ilmu-ilmu dasar, adalah juga profesi. Pengembangan profesi cenderung mengkotak - kotakkan pada bidang spesialisasi. Seorang spesialis cenderung memahami hanya bidang spesialisasinya saja. Tuntutan efektif - efisien, perhitungan cost-benefit cenderung menghapus nilai empati, kurang dapat menempatkan diri sebagai penderita. Hubungan dokter-pasien menjadi kurang manusiawi. Humaniora memperbaiki kondisi tersebut.
J. Humaniora medis
Humaniora medis merupakan bidang interdisipliner medis dimana termasuk humaniora ( literatur, filosofi, etika, sejarah dan bahasa ), ilmu sosial ( antropologi, studi budaya, psikologi, sosiologi ), dan seni ( literatur, teater, film dan seni visual ) dan aplikasinya terhadap edukasi dan praktek medis.
Humaniora dan seni memberikan pengertian yang dalam tentang kondisi manusia, penderitaan, kemanusiaan dan tanggung jawab kita satu sama lain, dan menawarkan perspektif sejarah dalam praktek medis. Perhatian terhadap literatur dan seni membantu dalam membangun dan memelihara kemampuan observasi, analisis, empati dan refleksi – diri – kemampuan yang penting bagi pengobatan medis manusia. Ilmu sosial membantu kita memahami bagaimana biologi dan medis menempatkan diri dalam konteks sosial dan budaya dan juga bagaimana budaya berinteraksi dengan pengalaman individual akan kesakitan dan cara ilmu medis dipraktekkan.
K. Aspek Humaniora
1. Subsistem Interaksi Manusia
2. Model Prosesor dan Memori Manusia
3. Kelompok Pengguna
Aspek Humaniora adalah salah satu aspek dalam IMK yang harus dipertimbangkan. Mengapa ???
Unsur pengetahuan psikologi membantu perancang IMK untuk :
Mengidentifikasi atau “mengetahui/mengenal” sasaran pengguna sehingga dapat mendesain kebutuhannya
Menerangkan mengapa beberapa yang mempertimbangkan unsur psikologi lebih sukses dibanding yang lain
L. Fakta Tentang Otak
Otak (yang bertanggung jawab dalam semua studi psikologi) memiliki dua bagian yaitu otak kiri dan otak kanan yang masing-masing memiliki kekuatan dan fungsi yang berbeda.
Rancangan IMK dapat sukses jika memperhitungkan kedua bagian dari otak ini.
Intinya, otak manusia memperhitungkan tiga bagian:
Subsistem interaksi
Prosesor, dan
Memori
M. SUBSISTEM INTERAKSI MANUSIA
Ada tiga subsistem interaksi
1. Sistem Persepsi (Perceptual System)
2. Sistem Kognitif
3. Sistem Gerak
1. Sistem Persepsi (Perceptual System)
- Persepsi adalah proses pemberian makna terhadap sensasi (indrawi) menjadi informasi. Dalam memproses informasi,persepsi sangatlah berperan penting, sebab kesalahan persepsi akan menimbulkan kesalahan dalam memproses informasi.
- Sejauh mana indra kita dapat diandalkan?
- Ahli filsafat, Rene descartes mencatat bahwa kita dapat tertipu oleh indra kita.
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi :
- Perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah. Ex : lapar, haus, kerumunan orang banyak
- Faktor Fungsional ialah faktor yang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan yang bersifat personal. Ex : Kebudayaan
- Faktor Struktural semata-mata berasal dari sifat stimuli fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkannya pada sistem saraf individu. Ex : Objek atau peristiwa yang berdekatan dalam ruang dan waktu atau menyerupai satu sama lain, cenderung dianggap sebagai bagian dari struktur yang sama.
2. Sistem Kognitif
- Sistem ini merepresentasikan hitungan dalam pikiran kita yang “berpikir”. Ketika informasi dalam ingatan jangka pendek, kita dapat memikirkan tentang sesuatu, menganalisa dan mungkin memanggil kembali informasi dari ingatan jangka panjang kita untuk perbandingan dan seterusnya.
- Sistem kognitif juga membuat keputusan tentang bagaimana kita seharusnyamelakukan sesuatu ke depan, apa tindakan yang seharusnya kita ambil sebagai hasil dari informasi yang diterima.
3. Sistem Gerak
- Sistem ini mengubah sinyal menjadi gerak.
- Contoh membawa tindakan yang telah diputuskan oleh sistem kognitif seperti gerakan tangan mengklik mouse
N. MODEL PROSESOR DAN MEMORI MANUSIA
- Memori adalah sistem yang sangat terstruktur yang menjadikan manusia mampu merekam fakta tentang segala sesuatunya.
Rata-rata Memory Manusia
- John Griffith = 1011 (seratus Trilium) bit
- John Von Neumann = 2.8 x 1020 bit
- Asimov = Otak manusia tak terbatas
- 1 bit = satu sel otak = 1 kata atau 1 angka
- Wilden Penfiled = ahli bedah saraf dan rangsangan jarum elektris pada otak tertentu
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Secara umum, definisi humaniora adalah disiplin akademik yang mempelajari kondisi manusia, menggunakan metode yang terutama analitik, kritikal, atau spekulatif, sebagaimana dicirikan dari sebagian besar pendekatan empiris alami dan ilmu sosial.
Humaniora terdiri atas unsur - unsur seni, etika, kearifan, nilai - nilai kejujuran, kebenaran, kelembutan, memanusiakan manusia, menyingkirkan beban dari dan berbuat baik bagi manusia. Tanpa nilai - nilai tersebut, manusia atau perilakunya dapat dikategorikan tidak human, tidak manusiawi, tidak berbudaya atau barbar.
Pengembangan ilmu dan teknologi adalah amanat kemanusiaan, untuk kesejahteraan manusia.
Oleh karena itu perlu dipandu oleh nilai-nilai humaniora, agar terjamin kemanfaatannya untuk manusia.
Agama seharusnya merupakan nilai yang paling azasi dari seluruh nilai-nilai humaniora. Nilai-nilai agama diharapkan dapat dikembangkan oleh agamawan/ruhaniawan untuk memandu pengembangan ilmu / teknologi dan penerapannya.
Ilmu kedokteran adalah ilmu yang sarat dengan nilai-nilai, namun hal ini sering dilupakan. Oleh karena itu humaniora perlu diberikan untuk membuat profesi medik lebih sensitif terhadap adanya nilai - nilai tersebut dan pengetrapannya dalam praktek.
Humaniora diharapkan dapat meningkatkan kualitas berfikir, yang ditengarai sebagai sifat kritis, lentur dalam perspektif, tidak terpaku pada dogma, tanggap terhadap nilai-nilai, dan sifat empati.